Kamis, 17 November 2011

My skripsi 2011 ( BAB I,II,III)


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya melalui proses pendidikan ia mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya (Sagala, 2003).
Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik. Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk menstranformasikan nilai-nilai. Dalam pelaksanaanya ketiga kegiatan tadi harus berjalan secara serempak, terpadu dan berkelanjutan serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya
Proses pendidikan terjadi dalam lingkungan interaksi insani, misalnya antara guru dan murid. Sejak lama hal ini sangat didambakan oleh kelangsungan dunia pendidikan di Indonesia. Kesukaran pembaruan metode berakar pada kenyataan bahwa tidak ada metode yang senantiasa baik dan efektif dan juga tidak ada metode yang selalu buruk dan tidak efektif. Penyebarluasaan suatu metode juga sukar karena belum tentu semua metode cocok untuk digunakan seorang guru, mengingat kepribadian dan cara mengajarnya. Metode ceramah masih terlalu dominan padahal belum tentu semua guru cocok dengan metode itu dan juga sangat sedikit guru yang selalu mampu berceramah dengan baik. Berceramah memang berat karena guru dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran atau belajar mengajar (Burhanudin, 2002).
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu atau cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan Metode pembelajaran yaitu cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajran. Metode lebih bersifat prosedural yaitu berisi tahapan tertentu. Hubungan antara strategi, metode, dan tujuan dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajarn, perubahan strategi, dan perumusan tujuan yang kemudian diimplemantiskan kedalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mana suatu kegiatan berasa atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan reaksi aksi, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.
Pembelajaran dapat terjadi ketika ada perubahan karena suatu kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi dengan sendirinya tetapi karena lebih dari situasi yang dihadapi (Jogiyanto, 2006). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi.
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektifitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih. Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Learning Start with a Question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Tipe Learning Start with a Question merupakan strategi pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Strategi  Learning Start with a Question dalam  pembelajaran IPA diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar. Siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman. Hal ini dapat membuat kelas lebih hidup dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih serius belajar.
Strategi Learning Start with a Question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan)  adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam  bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Strategi ini merupakan cara belajar aktif dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Strategi ini dapat menggugah siswa untuk mencapai kata kunci, yaitu bertanya (Zaini, 2008).
Berdasarkan observasi di kelas VII E di SMP Negeri 2 Baki, yaitu model pembelajaran masih dengan metode ceramah. Metode ceramah yang diterapkan bisa dikatakan kurang untuk menumbuhkan minat siswa belajar secara aktif. Selama proses pembelajaran masih ditemukan kelemahan-kelemahan, yaitu: masih banyak siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, masih banyak siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa juga belum memiliki keberanian untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan berbicara di depan kelas, selain itu masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh guru, khususnya siswa yang duduk dibelakang.
Kelemahan-kelemahan diatas menjadikan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Hal ini dibuktikan masih banyak siswa yang hasil belajarnya rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari negara barat yang dikenal dengan istilah Classroom Action Research. PTK merupakan jenis penelitian yang mempunyai tindakan guna menyelesaikan permasalahan yang berasal dari kegiatan pembelajaran di kelas  (Suharsimi, 2009).
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki, pembelajaran yang berlangsung didalam kelas dapat ditingkatkan dengan menambahkan berbagai macam model dalam pembelajaran aktif yaitu model Learning Start with a question. Model dalam pembelajaran merupakan salah satu cara/ teknik  yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Macam-macam model pembelajaran antara lain: true or false, tebak kata, sort card, dan lain-lain. Tujuan guru menggunakan model dalam pembelajaran agar dalam menyampaikan materi kepada peserta didik menjadi lebih mudah dan tidak membosankan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengadakan penelitian dengan judul : MODEL LEARNING  START  WITH  A QUESTION  UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BAKI

B.       Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dikaji secara mendalam dan dalam penelitian dapat terarah serta menghindari meluasnya permasalahan, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1.      Subjek penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011.
2.      Objek penelitian.
Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question.
3.      Materi pokok.
Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengelolaan lingkungan.
4.      Parameter.
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011 dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut sebagai berikut :
a.    Hasil belajar siswa dalam aspek kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi terhadap materi yang disampaikan guru.
b.    Hasil belajar siswa dalam aspek afektif mencakup sikap siswa dalam hal menerima, merespon, dan menghargai terhadap proses pembelajaran, yaitu meliputi kedisiplinan, sikap ketika guru sedang menyampaikan materi, dan sikap ketika teman sedang mengeluarkan pendapat.
c.    Hasil belajar siswa dalam aspek psikomotorik mencakup keterampilan siswa dalam hal membuat makalah pencemaran lingkungan.
                                                                               
C.      Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA Biologi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011?

D.      Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan model pembelajaran aktif Learning Start  with a Question pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011.

E.       Manfaat Penelitian.
1.    Bagi siswa.
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman,keaktifan dan minat belajar siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, khususnya dalam mata pelajaran biologi.
b.      Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.    Bagi guru dan calon guru.
a.       Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman kepada guru dan calon guru biologi mengenai model pembelajaran aktif, khususnya Learning Start with a Question.
b.      Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi guru biologi dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi agar proses pembelajaran dapat menarik dan siswa menjadi aktif.
3.    Bagi sekolah.
a.         Memberikan informasi dan acuan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan penerapan model pembelajaran aktif dalam pembelajaran di sekolah.

F.       Kerangka Pemikiran.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik. Belajar yang dilakukan siswa hendaknya menempatkan siswa sebagai subjek didik bukan sebagai objek didik. Dalam proses pembelajaran terdapat permasalahan yang berasal dari guru maupun siswa. Permasalahan yang berasal dari siswa antara lain: kurangnya keaktifan siswa, kurangnya konsentrasi dan pemahaman siswa, siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran, dan hasil belajar siswa rendah. Sedangkan permasalahan yang berasal dari guru yaitu kurangnya pemahaman guru terhadap model pembelajaran aktif dan ketidaksesuaian penggunaan model dan media pembelajaran dengan materi yang disampaikan. Hal itu mengakibatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal.
Dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya materi pengelolaan lingkungan diperlukan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam penyampaian materi tersebut adalah model pembelajaran aktif Learning Start with a Question. Model pembelajaran aktif Learning Start with a Question dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memudahkan siswa mengenal upaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan. Penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.












Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dapat dibuat bagan sebagai berikut :




























Gambar 1. Kerangka Pemikiran


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun teori-teori yang akan diuraikan adalah sebagai berikut: Belajar dan pembelajaran, pembelajaran aktif, model dan metode pembelajaran, pembelajaran  Learning Start with a Question, hasil belajar, pengelolaan lingkungan, dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kerangka pemikiran berisi suatu konsep yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan hipotesis berisikan mengenai jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan yang harus diuji kebenarannya.

A.      Belajar dan Pembelajaran.
Belajar adalah modifikasi atau pengubah tingkah laku melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan (Hamalik, 2003). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2003), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri sehingga siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Slameto, 2003).
Menurut Sagala (2003), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut Mulyasa (2002), pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu pre tes, proses, dan post test. 1) Pre tes (tes awal), mempunyai peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes antara lain: a) Untuk mempersiapkan siswa dalam proses belajar, b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, c) untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran,  d) Mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. 2) Proses, merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri seluruh siswa atau setidaknya sebagian besar dari siswa (75%). 3) Post test, post test juga memiliki banyak kegunaan seperti pre tes. Fungsi pos test antara lain: a) Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditentukan, b) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, c) Untuk mengetahui siswa-siswa yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan dan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa (Mulyasa, 2002).

B.       Pembelajaran aktif.
Menurut Zaini (2008), pembelajaran akif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Hartono, 2008).

C.      Model Pembelajaran.
Model pembelajaran yaitu sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sagala, 2003).
Sudrajat (2008) juga mengemukakan mengenai metode pembelajaran, yaitu sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranaan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar (Sudjana, 2005) dan metode pembelajaran menurut Sanjaya (2008) adalah suatu cara untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

D.      Model Pembelajaran Learning Start with a Question.
Zaini (2008) menyatakan bahwa, belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa itu aktif dan terus bertanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari guru. Strategi ini dapat menggugah siswa untuk mencapai kunci belajar yaitu bertanya. Melalui Strategi Learning Start with a Question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan), siswa dituntut untuk aktif dalam bertanya, siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Selain itu, guru memberi tugas pada siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Langkah-langkah Learning Start with a Question  yaitu: a) Guru memilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi kemudian dibagi kepada siswa, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda; b) Guru meminta siswa untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman; c) Guru meminta siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda; d) Dalam pasangan atau kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan pertanyan tentang materi yang telah mereka baca; e) Guru mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa; f) Guru menyampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

E.       Hasil belajar.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar yang diperoleh dari proses evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring  (Mudjiono, 2006).
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Hamalik, 2003).
Menurut Sudjana (2005), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga aspek yakni aspek kognitif (penguasaan intelektual), aspek afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta aspek psikomotor (kemampuan atau keterampilan bertindak atau berperilaku). Ketiga aspek tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pembelajaran.
Individu dalam belajar menggunakan kemampuan dengan tiga aspek untuk menangkap isi dan pesan belajar, ketiga aspek tersebut antara lain: 1) Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran; 2) Afektif yaitu kemampuan yang mengarah pada sikap dari hasil pembelajaran; 3) Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengarah pada keterampilan atau hasil yang tampak dari pembelajaran (Sagala, 2003).
Menurut Sutarman (2009), ranah kognitif menurut Bloom terdiri dari enam perilaku, yaitu: 1) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan mengenai hal-hal yang telah dipelajari; 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna mengenai hal-hal yang dipelajari; 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru; 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga sruktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; 5) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat mengenai beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu; dan 6) Kreasi, mencakup kemampuan membentuk hipotesis, merencanakan, dan menghasilkan hal baru.
Menurut Aunurrahman (2009), ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom tediri dari lima jenis perilaku, yaitu: 1) Penerimaan, mencakup kepekaan mengenai hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut; 2) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; 3) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup penerimaan terhadap suau nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap; 4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup; dan 5) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Menurut Aunurrahman (2009), ranah psikomotorik menurut Simpson terdiri dari tujuh perilaku, yaitu: 1) Persepsi, kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan kepekaan terhadap suatu hal; 2) Kesiapan, mencakup kemampuan bersiap diri secara fisik; 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan meniru contoh; 4) Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh; 5) Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lacar, efisien, dan tepat; dan 6) Kreativitas, mencakup kemampuan menciptakan pola baru.
Leighbody (1968) dalam Hamid (2009), berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) Kecepatan mengerjakan tugas, (4) Kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan   daftar cek (check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale).  Psikomotorik  yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari  sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.

F.       Pengelolaan lingkungan.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya polutan ke dalam lingkungan sehingga menurunkan mutu lingkungan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan dapat terjadi. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi, mengendalikan, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pencemaran lingkungan. Zat yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila Jumlahnya melebihi jumlah normal,berada pada waktu dan di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi dan merusak dalam waktu lama.

A.   Macam-macam Pencemaran Lingkungan.
1.    Berdasarkan Tempat Terjadinya.
Pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah.
a.   Pencemaran Udara.
Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain menyebabkan terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan (bronkhitis, emfisema, dan kemungkinan kanker paru-paru, rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya warna cat, terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen.
Usaha mencegah polusi udara antara lain melakukan penghijauan, menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan, dan tidak membakar zat-zat beracun di udara terbuka.
b. Pencemaran Air.
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu.
Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain limbah pertanian yang dapat mengandung polutan insektisida yang dapat mematikan biota sungai.
Limbah Rumah Tangga, limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, deterjen, minyak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit.
Limbah Industri, hal ini dapat terjadi karena adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air dan macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industrinya.
 Akibat yang dtimbulkan oleh pencemaran air antara lain terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi, dan pendangkalan dasar perairan), punahnya biota air, misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga air, atau terjadinya banjir akibat got tersumbat sampah.
Usaha mencegah polusi air diantaranya limbah ditampung dalam bak penampungan kemudian diolah, pengawasan penggunaan pupuk pada lahan pertanian, pengawasan terhadap minimal kandungan fosfat dalam deterjen atau bahan pencuci dalam rumah tangga.
c.  Pencemaran tanah.                                   
 Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah), berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, dan mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi.
Usaha mencegah pencemaran tanah antara lain dengan membuang sampah pada tempatnya, daur ulang sampah, dan penggunaan pestisida sesuai aturan.
d. Pencemaran Suara.
Pencemaran suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh diatas 50 desibel (disingkat dB, merupakan ukuran tingkat kebisingan). Kebisingan menyebabkan penduduk menjadi sulit tidur, bahkan dapat mengakibatkan tuli, gangguan kejiwaan, dan dapat pula menimbulkan penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress.
Usaha-usaha mencegah pencemaran suara antara lain dengan tidak mendirikan pabrik di dekat pemukiman penduduk, pembangunan bandara harus jauh dari pemukiman penduduk, dan menganjurkan memakai alat peredam suara bagi pekerja pabrik atau dilingkungan bising.
B.  Dampak Penebangan Hutan.
 Hutan merupakan ekosistem darat yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan ekosistem lainnya. Hutan adalah sebagai habitat hewan dan tunbuhan serta sebagai sumber keanekaragaman makhluk hidup (plasma nutfah). Kerusakan hutan dapat diakibatkan oleh manusia dan bencana alam. Karena manfaat hutan yang sangat besar, maka banyak manusia yang mengambil manfaat hutan secara liar. Penebangan hutan dan pembakaran hutan adalah contoh eksploitasi hutan secara liar atau perusakan hutan.
Fungsi hutan adalah penghasil oksigen dan penyerap karbondioksida, pencegah erosi dan menahan aliran angin, mempengaruhi kesuburan tanah dan mencegah banjir.
Kerugian akibat penebangan hutan antara lain terjadi erosi tanah, rusaknya sumber daya alam hayati, menurunkan kesuburan tanah, menyebabkan banjir dan menurunkan ketersediaan sumber daya alam hayati
Usaha-usaha pengelolaan hutan diantaranya dengan memperluas gerakan penghijauan, adanya tindakan tegas terhadap pelaku penebangan hutan liar, dan memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
      
G.      Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan sebaiknya dilakukan secara berpasangan (kolaborasi) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan sebagai pengamat terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru dan ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti (Arikunto, 2006).
Menurut Arikunto (2009), Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan, yaitu :
a.    Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metedologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b.    Tindakan berarti menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c.    Kelas berarti tidak terikat dalam pengertian kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Model penelitian tindakan ini, secara garis besar terdapat lima tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4)  Evaluasi, 5) Refleksi.



Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut :







                                       





                                                           




Gambar 2. Tahapan Tindakan kelas





H.      Kajian Penelitian yang Relevan.
Hasil penelitian menurut Firmansyah (2010), membuktikan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas di SMA Negeri 3 Surakarta melalui penggunaan strategi pembelajaran Learning Start with a Question disertai modul hasil penelitian pada pokok bahasan Zygomycotina dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa dalam pembelajaran Biologi.
Hasil penelitian Rahmi (2009), membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Learning Start with a Question di SMA Negeri 2 Grabag dapat meningkatkan tingkat keaktifan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Hasil penelitian Rismawati (2010), menunjukkan bahwa dengan pelaksanaan tindakan kelas melalui penggunaan strategi pembelajaran Learning Start with a Question dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Hasil penelitian Rosyana (2010), menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) melalui pembelajaran aktif Learning Start with a Question dapat meningkatkan hasil belajar siswa di MTs Muhammadiyah Blimbing.
Hasil penelitian Linda (2010), menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa setelah diajar menggunakan model pembelajaran Learning Start with a Question di kelas X MAN 3 Yogyakarta.

I.         Hipotesis.
Berdasarkan kajian penelitian yang relevan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis Model pembelajaran aktif Learning Start with a Question dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran IPA biologi pada pokok bahasan pengelolaan lingkungan siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011.

















BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang disusun secara sistematis dengan mengikuti konsep-konsep ilmiah yang digunakan dalam pengumpulan data. Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh manfaat penelitian perlu dipilih metode penelitian yang tepat. Adapun komponen-komponen yang tercakup dalam metode penelitian antara lain : Waktu dan tempat penelitian, variabel, target, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A.      Tempat dan waktu penelitian.
1.         Tempat penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII E SMP Negeri 2 Baki.
2.         Waktu penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011Mei 2011.

B.       Variabel Penelitian.
Dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu :
1.         Variabel bebas.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe Learning Start with a Question.



2.          Variabel terikat.
Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa ditinjau dari aspek  kognitif, afektif, dan  psikomotorik pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki tahun ajaran 2010/2011.

C.      Prosedur Penelitian.
23
 
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian ini melakukan kerjasama dengan guru bidang studi Biologi yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Biologi. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru bidang studi Biologi mulai dari: 1. Perencanaan; 2. Pelaksanaan; 3. Pemantauan (observasi); 4. Evaluasi; 5. Refleksi.
Agar dalam penelitian tindakan kelas data yang diperoleh valid maka dilakukan uji instrumen. Uji instrument meliputi :
a.             Uji validitas.
Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrument dikatakan valid atau memiliki validitas bila instrument tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.
Cara Menentukan Validitas :
a)      Bila kita menggunakan taraf signifikansi 5% maka angka kritisnya adalah 0,632, kemudian masing-masing “r” hitung item dalam kuesioner dibandingkan dengan “r” kritis. Item dalam kuesioner dikatakan valid jika hasil “r” hitung lebih besar dari “r” kritis.
b)      Berarti dari 10 item kuesioner diatas, item nomer 1 s/d 9 dinyatkan valid karena nilai ‘r’ hitung lebih besar dari nilai “r” kritis, sedang item nomer 10 dinyatakan tidak valid karena “r” hitung lebih kecil dari “r” kritis.
c)      Untuk item yang tidak valid, tidak dapat digunakan sebagai item kuesioner, dan harus diganti dengan item kuesioner lain yang valid. Oleh karena itu kita harus membuat item kuesioner cadangan, agar dapat digunakan kalau ada item kuesioner yang tidak valid.
b.             Uji realibilitas.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi.
1.      Pelaksanaan Penelitian.
a.       Perencanaan.
a)      Melakukan dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut yang terdiri pada saat pembelajaran berlangsung yang meliputi hasil belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan secara lisan di dalam kelas dan rata-rata nilai ulangan harian kelas.
b)      Mengumpulkan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan hasil belajar dan keaktifan siswa yang bermanfaat bagi pembelajaran pada penelitian dengan kesepakatan antara guru bidang studi biologi dan peneliti, sedangkan proses pembelajran dilakukan dengan penerapan model pembelajaran Learning Start with a Question.
c)      Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), diskusi dan post-test.
d)     Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru menyamakan persepsi mengenai materi yang akan disampaikan.


b.       Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran dilaksanakan dengan pembelajaran aktif dengan penerapan model pembelajaran Learning Start with a Question dalam suatu usaha yang mengarah kepada perbaikan proses pembelajaran. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai berikut: a. Memberi apersepsi awal; b. Mengulas materi pengelolaan lingkungan dalam bentuk hand out c. Membagi siswa dalam pasangan atau kelompok-kelompok; d. Peneliti menyuruh setiap pasangan atau kelompok siswa untuk menulis pertanyaan dari materi pengelolaan lingkungan yang tidak dimengerti; e. Siswa mengumpulkan pertanyaan kepada peneliti; f. Peneliti menjelaskan semua pertanyaan, kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran; g. Peneliti memberikan post-test pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa setelah materi disampaikan.
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan pembelajaran sesuai dengan rencana yang ditulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), namun dalam tindakan yang sebenarnya tidak harus mutlak sesuai dengan apa yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tetapi dapat disesuaiakan dengan kondisi siswa dan kondisi kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua tahapan dalam pelaksanaan tindakan penelitian tindakan kelas, yaitu :
a)        Tahap Persiapan Penelitian.
Peneliti terlebih dahulu menentukan tempat penelitian yaitu SMP Negeri 2 Baki. Peneliti meminta surat ijin riset atau surat ijin melakukan penelitian kepada Biro Skripsi dan diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk meminta persetujuan penelitian serta berkonsultasi dengan guru Biologi kelas VII, selanjutnya peneliti menyiapkan silabus materi pengelolaan lingkungan dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai bahan pelajaran.
b)        Tahap Pelaksanaan Penelitian.
Setelah menentukan kelas yang bermasalah, kemudian melaksanakan pembelajaran dengan materi pengelolaan lingkungan dengan menggunakan metode Learning Start with a Question dalam pembelajaran aktif. Proses pembelajaran dilaksanakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan memerlukan waktu 2 x 40 menit.




Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :
Waktu
(Menit)
Kegiatan
80’
5’


5’


5’

40’



5’

20’
Pertemuan I (Siklus I).
A. Disampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi mengenai pokok bahasan pengelolaan lingkungan.
B.       Dijelaskan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question.
C.      Dilaksanakan dialog dengan siswa untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai pokok bahasan.
D.  Guru meminta siswa membaca materi dan menuliskan pertanyaan. Guru memberikan permasalahan dan menjelaskan materi pengelolaan lingkungan dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
E.   Siswa dibimbing dalam membuat kesimpulan hasil diskusi dan selanjutnya dilakukan post test.
F.        Guru memberikan post test pada siswa mengenai materi yang diajarkan.


80’
5’


5’


5’

40’



5’

20’
Pertemuan II (Siklus II).
A.    Disampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi mengenai pokok bahasan pengelolaan lingkungan.
B.       Dijelaskan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question.
C.       Dilaksanakan dialog dengan siswa untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai pokok bahasan.
D.       Guru meminta siswa membaca materi dan menuliskan pertanyaan. Guru memberikan permasalahan dan menjelaskan materi pengelolaan lingkungan dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
E.        Siswa dibimbing dalam membuat kesimpulan hasil diskusi dan selanjutnya dilakukan post test.
F.      Guru memberikan post test pada siswa mengenai materi yang diajarkan.
80’

5’


5’


5’

40’



5’

20’

Pertemuan III  (Siklus III, apabila hasil pembelajaran dalam siklus II belum mencapai target 90%).
A.       Disampaikan tujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi mengenai pokok bahasan pengelolaan lingkungan.
B.       Dijelaskan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran aktif Learning Start with a Question.
C.       Dilaksanakan dialog dengan siswa untuk mengetahui pengalaman siswa mengenai pokok bahasan.
D.       Guru meminta siswa membaca materi dan menuliskan pertanyaan. Guru memberikan permasalahan dan menjelaskan materi pengelolaan lingkungan dengan pertanyaan yang diajukan siswa.
E.        Siswa dibimbing dalam membuat kesimpulan hasil diskusi dan selanjutnya dilakukan post test.
F.        Guru memberikan post test pada siswa mengenai materi yang diajarkan.


c.       Observasi.
Tahap ini berjalan bersamaan dengan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan atau observasi dilakukan pada saat tindakan sedang berjalan, sehingga observasi dan tindakan berjalan pada waktu yang sama.
Pada tahap ini, peneliti mengamati dan mencatat semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan terhadap pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampak yang akan terjadi terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil tes yang meliputi nilai awal dan post-test). Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian :





Text Box: SIKLUS I













Text Box: SIKLUS II











Apabila siklus II belum dapat mencapai target standar kompetensi dasarnya, maka dilakukan perbaikan pada siklus III.
 









Gambar 3. Prosedur setiap siklus penelitian tindakan kelas
d.      Evaluasi.
Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan diantara dialog awal, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang terkait dan berkesinambungan. Evaluasi ditujukan pada penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar Biologi siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Baki. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif dan afektif. Pada aspek kognitif dapat dilihat dari hal yang berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa, sedangkan aspek afektif dapat dilihat dari hal yang berkaitan dengan emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
e.       Refleksi.
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat melakukan pengamatan. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Karena dengan adanya suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya.




D.      Teknik Pengumpulan Data.
Pada penelitian ini data diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :
1.    Metode wawancara (interview).
Merupakan dialog antara guru bidang studi biologi dengan peneliti dalam membicarakan mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.
2.    Metode observasi.
Observasi digunakan untuk memperoleh data yang dilaksanakan dengan pengamatan langsung di kelas pada setiap pertemuan mengenai kegiatan belajar siswa. Dengan observasi ini dapat diketahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memperhatikan dan menanggapi penjelasan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
3.    Metode tes.
      Tes digunakan untuk pengambilan data hasil belajar biologi siswa pada materi sistem peredaran darah pada manusia dengan post test pada setiap akhir pertemuan sebagai nilai kognitif siswa.
4.    Dokumentasi.
      Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data identitas siswa antara lain seperti nama siswa, nomor induk siswa dengan melihat dokumen pada sekolah dan mengambil gambar selama proses pembelajaran di kelas VII E SMP Negeri 2 Baki.

E.       Teknik Analisis Data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan cara menganalisis data   perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus terakhir dimana siklus terakhir merupakan hasil peningkatan yang mencapai 90%. Teknik yang digunakan yaitu media alur. Penggunaan media alur ini berfungsi sebagai sarana untuk memotifasi siswa agar lebih terfokus pada materi. Alur yang dilalui dalam analisis data kuantitatif meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Data dan atau informasi yang relevan terkait langsung dengan pelaksanaan PTK yang diolah untuk bahan evaluasi.
Penyajian data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sejumlah informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, sedangkan penarikan kesimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan bermakna. Penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi.
Untuk data yang diperoleh dari nilai awal, post-test I, post-test II dan post-test III jika belum mencapai 90% dengan lembar penilaian dianalisis secara kuantitatif. Perbandingan antara nilai rata-rata kelas dan simpangan baku antara nilai awal, post-test I, post-test II, dipergunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai belajar siswa dan keaktifan. Jika nilai rata-rata kelas pada post-test II lebih besar dari nilai awal post-test I serta simpangan baku pada post-test II lebih kecil dari nilai awal dan post-test I, maka terdapat peningkatan hasil belajar siswa biologi dengan penerapan metode pembelajaran aktif Learning Start with a Question.















0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda