G. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fantasi
Terdapat 6 ciri-ciri kebahasaan dalam cerita fantasi, yaitu
1. penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan. (contoh: aku, mereka, dia, dikau, engkau, Quen, Angel Biru).
2. penggunaan kata yang mencerap panca indera dalam diskripsi latar (tempat, waktu, dan suasana), contohnya dalam beberapa teks berikut :
a. Latar tempat
Tiga pohon berjajar rapih berdiri dengan kokoh. Sayap-sayap burung yang mulai mengepak, menggoyangkan daun-daun dalam dahan. Hembusan angin yang tak biasa. Mengemparkan kota Zaitun di sore ini.
b. Latar suasana
Air mata pun jatuh di pipi Pangeran Xin. Sepucuk surat dari Sang Nenek menjadi saksi kepiluannya. Tawa canda pangeran sirna.
c. Latar Waktu
Pagi hari seperti biasa para agent mempersiapkan diri. Matahari bersinar terang membawa hawa semangat. Kokok jago bersautan menyambut hari telah datang.
3. Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.
Contoh: Monster itu bekaki empat. Langkah seribunya penuh dengan keberanian. Semakin mendekat semakin melawan.
4. Kata sambung penanda urutan waktu
Kata sambung urutan waktu itu, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum, dan sebagainya. Penggunaan kata sambung uruan waktu untuk menandakan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat.
Contoh:
1. Sebelum Alien itu datang langit mendung
2. Tiga tahun yang lalu, gunung itu memuntahkan lahar dingin
3. Akhirnya, Raja Zahab berkuasa kembali di kerajaan Saturnus.
5. Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan.
Penggunaan kata/ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakan cerita (memulai masalah).
Contoh:
1. Tiba-tiba pesawat tempur melepaskan tembakan petamanya.
2. Ditengah pesta datanglah pereman-pereman itu.
3. Tanpa ku duga, Cermin Ajaib berpindah tempat.
6. Penggunaan dialog/kalimat langsung dalam cerita.
Contoh: “Berlarilah Natakoo! Monster itu mengejarmu.” teriak ninja Kusuke dengan kecemasan. Natakoo pun berlari sekuat tenaganya.